KERJASAMA PERPUSTAKAAN BERBASIS SLiMS
Muthia Fariza, Ahmad Fauzie
Fakultas Adab dan Humaniora, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Abstrak
Penelitian ini difokuskan terhadap kerjasama perpustakaan
yang berbasis SLiMS. Metode dan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara tinjauan
pustaka. Pembahasan pada artikel ini berisi tentang gambaran secara umum SLiMS,
keunggulan dan kelemahan SLiMS, sejarah SLiMS dan bagaimana kerjasama antar
perpustakaan yang menggunakan aplikasi SLiMS. Hasil peneilitian ini agar
pembaca dapat mengetahui lebih dalam mengenai SLiMS dan bagaimana kerjasama antar
perpustakaan yang menggunakan aplikasi SLiMS.
Kata Kunci: kerjasama perpustakaan, SLiMS
I. Pendahuluan
Kata perpustakaan sudah tidak asing lagi oleh kebanyakan
orang. Yang mereka ketahui mengenai perpustakaan adalah tempat kumpulan buku
yang banyak. Adapun pengertian dari perpustakaan itu sendiri secara kelimuannya
adalah “suatu unit kerja yang
substansinya merupakan sumber informasi yang setiap saat dapat digunakan oleh
pengguna jasa layanannya. Selain buku, di dalamnya juga terdapat bahan cetak
lainnya seperti majalah, laporan, pamphlet, prosiding, manuskrip atau naskah,
lembaran music, dan berbagai karya media
audiovisual seperti film, slide,kaset, piringan hitam, serta bentuk mikro
seperti microfilm, mikrofis, dan mikroburam (micro-opaque)”.[1]
Pustakawan adalah sebutan untuk orang yang bekerja di
perpustakaan sesuai dengan bidang keilmuannya yaitu ilmu perpustakaan. Seluruh
informasi baik tercetak dan tidak tercetak yang terdapat pada perpustakaan
telah dikemas, disusun, dan ditata dengan rapi oleh pustakawan agar memudahkan
para pencari informasi atau yang biasa disebut dengan pemustaka untuk mencari
informasi yang mereka butuhkan.
Salah
satu paradoks yang terjadi dalam
pengelolaan perpustakaan di Indonesia, salah satunya
soal kerjasama perpustakaan. Seharusnya yang
butuh kerjasama perpustakaan adalah di
negara berkembang seperti di Indonesia.
Namun, yang terjadi adalah negara‐negara maju yang fokus
menerapkan kerjasama antar perpustakaan ini.
Alasan yang seringkali disampaikan oleh
pemilik perpustakaan. Biasanya mereka beralasan
takut koleksinya hilang apabila dipinjamkan,
khususnya kalau bahan pustakanya dalam bentuk
tercetak. Hal ini terkait budaya rasa kepemilikan
yang besar
dan tidak percaya dengan orang lain. Dengan demikian, mitos bahwa masyarakat Indonesia
suka tolong‐menolong dan
gotong-royong tidak terjadi di kalangan pemilik perpustakaan bahkan sebagian
pustakawan sendiri.
Sebelum adanya teknologi, katalog yang ada di perpustakaan
masih berbentuk kartu, namun saat ini hal pertama yang sering dijumpai apabila
orang datang ke perpustakaan untuk mencari suatu koleksi adalah datang ke
komputer untuk mencari koleksi yang diinginkan menggunakan Online Public Access Cataloging (OPAC). Maka dari itu perkembangan
teknologi menjadi pemicu dan faktor utama sebuah perpustakaan dapat berkembang.
Seluruh data dan informasi mengenai koleksi
perpustakaannya yang ada pada OPAC terhimpun dalam suatu aplikasi yang bernama
SLiMS. Oleh karena itu penulis ingin menjelaskan lebih dalam mengenai SLiMS
tersebut yang digunakan pada setiap perpustakaan yang telah menggunakan
teknologi komputer untuk menyimpan data-data koleksinya yang kemudian di
publikasikan untuk memudahkan pemustakanya mencari koleksi yang ada di
perpustakaan tersebut.
II. Tinjauan
Literatur
a.
Pengertian Kerjasama Perpustakaan
Pengertian kerjasama perpustakaan artinya kerjasama yang
melibatkan dua perpustakaan atau lebih. Kerjasama ini diperlukan karena tidak
satu pun perpustakaan dapat berdiri sendiri dalam arti koleksinya mampu
memenuhi kebutuhan informasi pemakainya. Perpustakaan sebesar Library of Congress pun masih
mengandalkan pada kerjasama antar perpustakaan untuk memenuhi informasi
pemakainya. Dengan demikian bagi perpustakaan yang lebih kecil koleksinya,
kerjasama antar perpustakaan merupakan syarat mutlak untuk memenuhi kebutuhan
informasi pemakainya.
Kerjasama perpustakaan dilakukan berdasarkan konsep bahwa
kekuatan dan efektivitas kelompok perpustakaan akan lebih besar dibandingkan
dengan kekuatan dan efektivitas perpustakaan masing-masing. Prinsip ini dikenal
dengan sinergi artinya gabungan beberapa kekuatan akan lebih besar daripada
kekuatan masing-masing.
Suatu kerjasama
dan sistem jaringan dapat didefinisikan sebagai: “Sejumlah organisasi yang
secara formal saling terhubung atau berpartisipasi satu sama lain untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan memiliki suatu struktur organisasi.”
Kerjasama dan sistem jaringan tersebut dapat bersifat fungsional (misalnya
pengatalogan), geografis (misalnya provinsi) dan/atau sektoral (misalnya
perpustakaan umum).[2]
Pada dasarnya tidak ada satupun perpustakaan, betapapun besarnya
perpustakaan tersebut, yang mampu mengumpulkan semua informasi yang dihasilkan
oleh para ilmuwan di seluruh dunia, bahkan untuk disiplin ilmu yang paling
spesifik sekalipun. Menyadari hal tersebut maka setiap perpustakaan atau
pusat-pusat informasi selalu berusaha untuk menjalin kerjasama dengan perpustakaan
atau pusat-pusat informasi lain yang ada. Ada beberapa faktor yang mendorong kerjasama
antar perpustakaan yaitu:
·
Adanya
peningkatan luar biasa dalam ilmu pengetahuan dan membawa pengaruh semakin
banyak buku yang ditulis tentang pengetahuan tersebut.
·
Meluasnya
kegiatan pendidikan, muali dari sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi mendorong
semakin banyaknya dan semakin beraneka ragamnya permintaan pemakai yang dari
hari ke hari semakin banyak memerlukan informasi.
·
Kemajuan
dalam bidang teknologi dengan berbagai dampaknya terhadap industri dan
perdagangan serta perlunya pimpinan
serta karyawan mengembangkan keterampilan dan teknik baru. Keterampilan
ini antara lain dapat diperoleh dari mambaca.
·
Berkembangnya kesempatan dan peluang bagi kerjasama
internasional dan lalu lintas internasional; kedua hal tersebut mendorong
informasi mutakhir mengenai negara asing.
·
Berkembangnya
teknologi informasi, terutama dalam bidang komputer dan telekomunikasi,
memungkinkan pelaksanaan kerja sama
berjalan lebih cepat dan lebih mudah, bahkan lebih murah.
·
Tuntutan
masyarakat untuk memperoleh layanan informasi yang sama. Selama ini merupakan
suatu kenyataan bahwa masyarakat pemakai informasi di kota besar memperoleh layanan informasi lebih baik dari
pemakai yang tinggal di daerah terpencil.
·
Kerjasama
memungkinkan penghematan fasilitas, biaya, SDM dan waktu.[3]
b. Bentuk
Kerjasama Perpustakaan
Berikut ini bentuk kerjasama perpustakaan yang lazim
yaitu :
·
Kerjasama Pengadaan
Dalam bentuk
ini berbagai perpustakaan bekerja sama dalam pengadaan buku. Ini merupakan awal
bentuk kerjasama. Dalam bentuk ini, masing‑masing perpustakaan bertanggung
jawab atas kebutuhan informasi pemakainya. Maka perpustakaan akan memilih buku
berdasarkan permintaan anggotanya atau berdasarkan dugaan pengetahuan pustakawan
atas keperluaan bacaan anggotanya.
Dorongan kerjasama ini berasal dari bertambah banyaknya
buku yang diterbitkan dalam berbagai lapangan ilmu pengetahuan, perluasan
jenis terbitan mulai dari buku dan majalah hingga ke laporan tak diterbitkan,
kesemuanya berfungsi sebagai sumber informasi, hubungan yang makin kompleks
antara berbagai subjek dan keterbatasan dana perpustakaan. Hanya dengan
pengadaan gabungan atau pengadaan terkoordinasi maka perpustakaan mampu
mengakses semua bahan pustaka yang mungkin perlu dibeli dan menjamin bahwa
semua sumber telah dilacak.
·
Kerjasama Pertukaran dan
Redistribusi
Kerjasama pertukaran dilakukan dengan
cara penukaran publikasi badan induk perpustakaaan tersebut dengan perpustakaan
lain tanpa harus membeli. Cara ini biasa juga dilakukan untuk mendapatkan
publikasi yang tidak dijual atau publikasi yang sulit dilacak di toko-toko
buku. Pertukaran ini biasanya dilakukan
dengan prinsip satu lawan satu artinya satu publikasi ditukar dengan satu
publikasi dengan tidak memandang jumlah halaman, tebal tipis publikasi ataupun
harga publikasi tersebut.
Kerjasama redistribusi adalah kerjasama
yang dilakukan oleh dua perpustakaan atau lebih dalam hal penempatan kembali
buku-buku yang tidak lagi diperlukan di suatu perpustakaan atau berlebih di
suatu perpustakaan. Buku-buku tersebut dapat ditawarkan kepada perpustakaan
lain yang mungkin lebih membutuhkan buku tersebut.
·
Kerjasama Pengolahan
Dalam bentuk kerjasama ini,
perpustakaan bekerjasama untuk mengolah bahan pustaka. Biasanya pada
perpustakaan universitas dengan berbagai cabang atau perpustakaan umum dengan
cabang-cabangnya, pengolahan bahan pustaka
(pengkatalogan, pengklasifikasian, pemberian label buku,
kartu buku dan lain-lain) dikerjakan oleh satu perpustakaan yang menjadi
koordinator kerjasama.
·
Kerjasama Penyediaan Fasilitas
Bentuk kerjasama ini mungkin terasa
janggal bagi perpustakaan di negara maju karena perpustakaan mereka umumnya
selalu terbuka untuk dipakai oleh pamakai umum. Dalam bentuk ini, perpustakaan
bersepakat bahwa koleksi mereka terbuka bagi pengguna perpustakaan lainnya.
Perpustakaan biasanya menyediakan fasilitas berupa kesempatan menggunakan
koleksi, menggunakan jasa perpustakaan seperti penelusuran, informasi kilat,
penggunaan mesin fotokopi, namun tidak membuka kesempatan untuk meminjam.
Biasanya peminjaman buku untuk peminjam bukan anggota dilakukan dengan
menggunakan fasilitas pinjam antar perpustakaan.
c.
Pengantar SLiMS
Software SLiMS (Senayan
Library Management System) merupakan salah satu software open source yang cukup terkenal di kalangan dunia
perpustakaan yang tengah mengembangkan perpustakaan digital pada saat ini.
SLiMS merupakan perangkat lunak sistem manajemen perpustakaan (library management system) sumber
terbuka yang dilisensikan di bawah GPL v3. Aplikasi web yang dikembangkan oleh
tim dari Pusat Informasi dan Humas Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia ini dibangun dengan menggunakan PHP, basis data MySQL, dan pengontrol
versi Git. Pada tahun 2009, Senayan memenangi INAICTA 2009 untuk kategori open
source. Selain pernah memenangkan penghargaan dalam ajang ICT Award 2009
sebagai kategori Open Source System
terbaik, SLiMS secara bertahap namun pasti telah mengundang kepedulian banyak
pustakawan untuk membangun komunitas yang menyebar di banyak wilayah, seperti
yang ada di Surabaya, Jawa Tengah, Pati, dan yang akan segera dibentuk adalah
Komunitas SLiMS Jawa Timur.[5]
SLiMS sebagai sebuah
aplikasi sebenarnya sudah bisa membantu memperlancar proses kerjasama antar
perpustakaan. SliMS sudah mengembangkan katalog
induk atau seringkali disebut katalog bersama, yang
memungkinkan seseorang mengakses untuk mengetahui
suatu bahan pustaka ada di mana saja
selama perpustakaan tersebut menggunakan aplikasi
SLiMS.
Kerjasama perpustakaan
sudah seharusnya menjadi perhatian bersama
pengguna SLiMS setidaknya untuk antar
perpustakaan yang berdekatan, misalkan perpustakaan‐perpustakaan fakultas
yang berada dalam satu naungan Universitas. Untuk
kerjasama perpustakaan ini memang perlu ada
pertemuan berkala agar perkembangan dari kerjasama tersebut terus
terlaksana dengan baik.
Sebelum sebuah perpustakaan menggunakan aplikasi yang
bernama SLiMS ini, maka dibutuhkan pengetahuan mengenai SLiMS itu sendiri. Yang
paling utama diketahu adalah fitur yang dimiliki oleh SLiMS, berikut penulis
akan menjabarkan mengenai hal tersebut:
·
Online
Public Access Catalog (OPAC) dengan pembuatan thumbnail yang di generate on-thefly.
·
Thumbnail
berguna untuk menampilkan cover buku
·
Mode
penelusuran tersedia untuk yang sederhana (Simple Search) dan tingkat lanjut
(Advance Search).
·
Detail
record juga tersedia format XML (Extensible Markup Language) untuk kebutuhan
web service.
·
Manajemen
data bibliografi yang efisien meminimalisasi redundansi data
·
Manajemen
masterfile untuk data referensial seperti GMD (General Material Designation),
Tipe koleksi, Penerbit, Pengarang, Lokasi, Supplier.
·
Sirkulasi
dengan fitur: Transaksi peminjaman, pengembalian, reservasi koleksi, aturan
peminjaman yang fleksibel, Informasi keterlambatan dan denda.
·
Manajemen keanggotaan.
·
Stock
Opname/stocktake.
·
Laporan
dan Statistik.
·
Pengelolaan
terbitan berkala (Kardex)
·
Dukungan
pengelolaan dokumen multimedia (.flv, mp3) dan dokumen digital lainnya. Khusus
untuk pdf dalam bentuk streaming.
·
Senayan
mendukung beragam format bahasa termasuk bahasa yang tidak menggunakan
penulisan latin.
·
Menyediakan
berbagai bahasa pengantar (Indonesia, Inggris, Spanyol, Arab, Jerman, Thailand)
·
Dukungan
Modul Union Catalog Service
·
Counter
pengunjung perpustakaan
·
Member
area untuk melihat koleksi yang sedang dipinjam oleh anggota
·
Modul
sistem dengan fitur: Konfigurasi sistem global, Manajemen modul, Manajemen User
(Staf Perpustakaan) dan grup, Pengaturan hari libur, Pembuatan barcode
otomatis, dan Utilitas untuk backup.
·
Copy
cataloguing dengan z39.50 dan p2p service
·
Pemberitahuan
surat keterlambatan peminjaman melalui e-mail dengan menggunakan mail server.
Daftar Perpustakaan Pengguna SLiMS di Indonesia dan Luar
Negeri semakin hari terus bertambah. Data ini dapat dilihat pada website resmi
dari SLiMS yaitu SLiMS.web.id
III. Metode
Penelitian
Pada artikel ini, penulis akan menjelaskan penelitian
berdasarkan metode pustaka. Jadi penulis menjelaskan isi artikel ini dengan
berbagai macam jenis pustaka, baik itu dari buku maupun jurnal. Jumlah koleksi
pustaka yang menjadi referensi sebanyak dua puluh (20) judul, masing-masing
sepuluh (10) judul untuk buku dan jurnal ilmiah. Adapun judul dari koleksi pustaka
tersebut akan dijabarkan pada bagian referensi di artikel ini.
IV. Diskusi
a.
Sejarah SLiMS
Awal mula SLiMS bermula dari
perpustakaan Inggris yaitu Library of
Congres memberikan sumbangan
software perpustakaan yang bernama Alice. Pada
masa pemerintah Inggris ketika itu pemerintahan memutuskan bergabung
bersama Amerika Serikat dalam sekutu dan menginvasi Afganistan, mulai muncul
kekhawatiran di semua institusi yang terkait dengan pemerintah Inggris di
seluruh dunia. Salah satunya adalah The British Council (selanjutnya disebut
BC), yang merupakan organisasi non-profit dan mempunyai banyak kantor diseluruh
dunia. Kekhawatiran utama adalah ancaman bom dari orang-orang yang
dikategorikan “teroris”. Untuk
menghindari ancaman tersebut salah satu “langkah preventif” yang diambil
adalah, semua layanan BC yang diakses secara langsung oleh publik, harus
ditutup. Salah satu yang terkena dampaknya adalah Perpustakaan BC Indonesia
yang telah selama bertahun-tahun menjadi andalan layanan BC di Indonesia.
Ironis memang. Sebuah inisiatif yang sangat bermanfaat bagi perberdayaan
masyarakat, harus ditutup akibat tindakan politis yang diambil oleh institusi
negara yang alasannya pun sampai sekarang masih debatable.
Pengelola BC Indonesia kemudian
berinisiatif untuk menghibahkan pengelolaan aset perpustakaanya ke tangan
institusi pemerintah. Dalam hal ini, institusi pemerintah yang dianggap sesuai
bidangnya dan strategis tempatnya, adalah Departemen Pendidikan Nasional
(Depdiknas). Yang dihibahkan tidak hanya koleksi, tetapi juga rak koleksi,
hardware (server dan workstation) serta sistem termasuk untuk aplikasi
manajemen administrasi perpustakaan (Alice). Namun seiring dengan berjalannya waktu,
manajemen Perpustakaan Depdiknas mulai menghadapi beberapa kendala dalam
penggunaan sistem Alice. Pertama,
keterbatasan dalam menambahkan fitur-fitur baru. Antara lain: kebutuhan
manajemen serial, meng-online-kan katalog di web dan kustomisasi report yang
sering berubah-ubah kebutuhannya. Penambahan fitur jika harus meminta modul
resmi dari developer Alice, berarti membutuhkan dana tambahan yang tidak kecil.
Apalagi tidak ada distributor resminya di Indonesia sehingga harus mengharapkan
support dari Inggris. Masalah kedua
yang muncul adalah sulitnya mempelajari lebih mendalam cara kerja perangkat
lunak Alice. Karena Alice merupakan sistem proprietary yang serba tertutup,
segala sesuatunya sangat tergantung vendor.
Perpustakaan Depdiknas salah satu tupoksinya tidak lain adalah
melakukan koordinasi pengelolaan perpustakaan unit kerja dibawah lingkungan
Depdiknas. Dalam implementasinya, seringkali muncul kebutuhan untuk bisa
mendistribusikan perangkat lunak sistem perpustakaan ke berbagai unit kerja tersebut.
Disini masalah ketiga: sulit (atau
tidak mungkin) untuk melakukan redistribusi sistem Alice. Alice merupakan
perangkat lunak yang secara lisensi tidak memungkinkan diredistribusi oleh
pengelola Perpustakaan Depdiknas secara bebas. Semuanya harus ijin dan
membutuhkan biaya.
Dikarenakan oleh sistem Alice yang sudah
tidak sesuai lagi dengan keberlangsungan Perpustakaan Depdiknas, maka dibuatlah
sistem baru yang dinamakan SLiMS oleh Hendro Hendro Wicaksono, dengan
Programmer Arie Nugraha, Wardiyono. Selain itu, ada pula programmer Tobias
Zeumer, dan Jhon Urrego Felipe Mejia. Untuk dokumentasi dikerjakan oleh
Purwoko, Sulfan Zayd, M Rasyid Ridho, Arif Syamsudin. Pada Januari 2012,
developer SLiMS bertambah 2 orang, yaitu: Indra Sutriadi Pipii (Gorontalo) dan
Eddy Subratha (Yogyakarta). Kemudian Senayan dikembangkan oleh SDC (Senayan Developers Community).[6]
b. Kerjasama
SLiMS pada Perpustakaan
Pada pembahasan kali ini, penuli akan
menjelaskan kerjasama SLiMS pada perpustakaan, dapat dikatakan juga SLiMS merupakan
aplikasi yang dapat menghasilkan katalog pada suatu perpustakaan dan dari
katalog tersebut dapat dijadikan kerjasama antar perpustakaan. Oleh karena itu
dalam sub bab ini, kerjasama yang dimaksud adalah dengan menggunakan kalimat
atau bahasa “Membangun Katalog Bersama (Union
Catalogue)”.
Perpustakaan ada kalanya
membangun katalog bersama yang tujuannya adalah untuk berbagi data katalog,
sehingga masyarakat cukup mengakses ke satu katalog online, dapat menemukan
informasi mengenai keberadaan koleksi pada perpustakaan lain. Biasanya katalog bersama
dibangun oleh perpustakaan yang memiliki kesamaan subyek, atau dapat juga
karena kesamaan organisasi, contohnya di perpustakaan perguruan tinggi memiliki
berbagai macam perpustakaan di masing-masing fakultas.
Aplikasi
SLiMS telah menyediakan modul untuk membangun katalog bersama. Pada aplikasi
SLiMS modul ini lebih populer dengan nama UCS (Union Catalogue Service). Untuk mengaktifkan layanan kerjasama
katalog menggunakan aplikasi SLiMS ini, maka ada langkah-langkah yang harus
diikuti, namun penulis akan menjelaskan langkah singkatnya, untuk langkah
terperincinya dapat dilihat pada modul penggunaan SLiMS yang disusun oleh M.
Rasyid Ridho.
Adapun
langkah-langkahnya, yaitu sebagai berikut yang pertama pengguna harus mempunyai
PC yang telah terinstal oleh apache, mySQL, dan PHP, temasuk PHPmyadmin. Kedua
harus mendownload source code UCS dari github https://github.com/slims/ucs-2.0/zipball/master dan menginstall UCS tersebut ke PC
anda, langkah ketiga yaitu mendaftarkan node-node (client-client yang akan
bergabung atau berhak mengirimkan datanya ke UCS yang sudah disiapkan di atas),
selanjutnya keempat, setelah mendaftarkan node-node tersebut maka melakukan
konfigurasi pada setiap node (client) agar dapat berkomunikasi dengan server
UCS yang mengajak kerjasama.
Langkah di atas adalah langkah singkat
untuk membangun katalog bersama. Dalam aplikasi UCS ini dapat mengirimkan data
bibliografi dari node (client) ke server UCS, dengan langkah sebagai berikut:
masuk ke modul bibliografi, kemudian pilih dengan cara mengklik pada kotak
kecil disebelah judul, klik tombol Upload Selected Bibliographic data to Union
Catalog Server yang ada dibagian atas kolom pencarian, dan yang terakhir bila
berhasil maka akan ada pesan bahwa data tersebut telah terkirim.
c.
Keunggulan dan Kelemahan SLiMS
Segala sesuatu yang diciptakan pasti
memiliki nilai lebih dan kekurangan pada produk yang dihasilkan tersebut.
Begitupula dengan SLiMS, meskipun kelihatannya fitur sudah lengkap dan mudah
dipahami untuk pengguna perpustakaan (pustakawan), namun ada kelemahan. Berikut
penulis akan menjabarkan keunggulan dan kelemahannya:[4]
1. Keunggulan
SLiMS
·
Senayan Dapat Diperoleh dan Digunakan
Secara Gratis
Perangkat lunak merupakan salah satu komponen penting
dalam implementasi otomasiperpustakaan. Sayangnya tidak semua perpustakaan
mampu menyediakan perangkat lunak untuk otomasi perpustakaan. Hal ini
disebabkan karena harga perangkat lunak otomasi sulit dijangkau oleh banyak
perpustakaan di Tanah Air. Kehadiran Senayan sebagai salah satu perangkat lunak
otomasi berbasis FOSS menjadi solusi terkait sulitnya dengan pengadaan
perangkat lunak otomasi karena perangkat lunak ini dapat diperoleh secara
gratis.
·
Multi Platform
Multi platform
artinya bisa berjalan secara natif hamper disemua system operasi (komunikasi
akses perangkat keras dan komunikasi sumber daya sistem operasi lebih efesien)
yang bisa menjalankan bahasa pemprograman PHP (http://php.net) dan RDBMS
MySQL ( http://mysql,com). Perangkat
lunak ini dikembangkan diatas platform GNU/ Linux dan berjalan dengan
baik diatas platform UNIX* BSD dan windows.
·
Mampu Memenuhi Kebutuhan
Otomasi Perpustakaan
Menurut Saffady sebuah perangkat lunak otomasi
perpustakaan minimal memiliki fasilitas layanan sirkulasi, katalogisasi serta
on-line public access catalog atau OPAC (Saffady dalam Anctil dan Bahesti,
2004: 4). Senayan tidak hanya menyediakan fasilitas layanan sirkulasi, katalogisasi
dan OPAC. Senayan menyediakan fasilitas lain seperti manajemen keanggotaan,
fasilitas untuk pengaturan perangkat lunak, cetak barcode (baik barcode anggota
maupun barcode buku), penyiangan serta fasilitas laporan dan unggah koleksi
digital.
·
Senayan Dibangun Dengan
Menggunakan Bahasa Pemrograman Interpreter
Senayana dibangun dengan menggunakan PHP sebagai bahasa
pemrograman. PHP merupakan bahasa pemrograman interpreter yang memungkinkan
untuk dimodifikasi. Dengan demikian maka perpustakaan memungkinkan memodifikasi
Senayan sesuai dengan kebutuhan perpustakaan.
·
Senayan Dikembangankan Oleh
Sumber Daya Manusia Lokal
Senayan dikembangan oleh sumber daya manusia lokal, atau
dikembangkan oleh SDM bangsa Indonesia. Kondisi ini memberikan keuntungan bagi perpustakaan
dan pengguna Senayan. Keuntungan tersebut adalah Senayan sesuai dengan
kebutuhan perpustakaan di Tanah Air dan pengguna Senayan dapat berkomunikasi
dengan mudah dengan para pengembang Senayan jika mengalami masalah dalam
pemanfaatan Senayan.
·
Instalasi Mudah Dilakukan
Sebagai perangkat lunak yang tergolong dalam jenis
perangkat lunak berbasis web instalasi Senayan mudah dilakukan, baik itu untuk
system operasi windows maupun system operasi linux.
·
Mampu Berjalan di Sistem Operasi Linux Maupun Windows
Windows ataupun linux merupakan dua sistem operasi yang
familiar digunakan oleh perpustakaan di Indonesia. Senayan mampu berjalan
stabil di dua sistem operasi tersebut. Dengan demikian maka perpustakaan
pengguna sistem operasi windows maupun linux tidak perlu khawatir tidak dapat
menggunakan Senayan karena tidak mampu berjalan disalah satu sistem operasi.
·
Memiliki Dokumentasi Yang
Lengkap
Dokumentasi (modul dan manual) memiliki peranan penting
dalam pengembangan sebuah perangkat lunak, termasuk FOSS. Eksistensi
dokumentasi akan memudahkan pengguna atau calon pengguna dalam memperlajari
sebuah perangkat lunak. Dengan dokumentasi yang lengkap pengguna atau calon
pengguna Senayan dapat dengan mudah mempelajari Senayan.
·
Memiliki Prospek Pengembangan
Yang Jelas
Perkembangan Senayan terjadi sangat cepat dalam kurun
waktu 2 tahun perangkat lunak it uterus memperbaiki diri. Perbaikan ini
terlihat dari banyaknya versi yang telah dirilis ke publik. Kondisi ini
mencerminkan bahwa perangkat lunak ini memiliki prospek pengembangan. Apabila
perangkat lunak ini terus diperbaharui maka pengguna Senayan yang akan
memperoleh manfaatnya dari perbaikan terhadap kelemahan serta fasilitas
tambahan yang disediakan dalam versi Senayan terbaru.
·
Memiliki Forum Komunikasi
Antara Pengguna Dan Pengembang
Senayan menggunakan
icsisis@yahoogroups.com. This e-mail address is being protected from spam bots,
you need JavaScript enabled to view it sebagai forum komunikasi antar sesama
pengguna Senayan atau pengembang Senayan. Keberadaan forum pengguna ini
memungkinkan pengguna saling bertukar pengalaman terkait dengan pemanfaatan
Senayan atau berkomunikasi dengan pengembangan jika mengalami kesulitan dalam
pemanfaatan Senayan. Dengan demikian calon pengguna tidak perlu bingung kemana
mereka berkonsultasi jika mengalami masalah dalam pemanfaatan Senayan, pengguna
dapat berkonsultasi melalui milist ini.
2.
Kelemahan SLiMS
·
Kompatibilitas Web Browser
Untuk mengakses Senayan diperlukan web browser. Sayangnya
tidak semua web browser mampu menjalankan aplikasi ini dengan sempurna.
perangkat lunak ini merekomendasikan mozilla firefox sebagai web browser.
Sehingga jika penggunaan web browser selain mozilla firefox mampu tampilan
Senayan tidak akan muncul secara sempurna. Misalnya ada beberapa menu yang akan
tertutupi oleh banner jika pengguna menggunakan internet eksplorer sebagai web
browser. Namun jika hanya digunakan untuk mengakses OPAC (online public access
catalog) semua web browser dapat digunakan.
·
Otoritas Akses File
Senayan menyediakan fasilitas upload (unggah) file.
Dengan fasilitas ini pengelola perpustakaan dapat menyajikan koleksi digital
yang dimiliki perpustakaan, seperti e-book, e-journal, skripsi digital, tesis
digital dan koleksi digital lainnya. Namun fasilitas upload file ini tidak dilengkapi
dengan pembagian otoritas akses file. Akibatnya setiap koleksi digital yang
telah di upload ke dalam Senayan berarti dapat diakses oleh semua orang.
Kondisi ini tentu sedikit mengkhawatirkan jika koleksi digital yang diupload
adalah skripsi, tesis atau laporan penelitian digital, dibatasi aksesnya karena koleksi digital jenis rentan dengan masalah
plagiasi.
V.
Kesimpulan
Penerapan
perpustakaan berbasis teknologi informasi dapat meningkatkan kualitas dan
kecepatan proses layanan kepada pengguna perpustakaan, sehingga dapat
memperlancar proses pencarian informasi yang dibutuhkan. Selain itu sistem ini
dapat membantu manajemen perpustakaan serta dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi pengoperasian perpustakaan.
Senayan Library Management System
(SLiMS) merupakan aplikasi perpustakaan yang cukup terkenal di Indonesia,
bahkan di luar negeri pun banyak yang menggunakan SLiMS. Hal ini karena
beberapa keunggulan yang dimiliki metadata ini sebagai mana yang telah
dipaparkan. Diharapkan SLiMS ini lebih disosialisasikan kepada masyarakat luas
dalam upaya mengembangkan perpustakaan digital di Indonesia
REFERENSI
Sumber
Buku
[1] Suwarno, Wiji. Pengetahuan Dasar Kepustakaan.
Hardjoprakoso,
Mastini. 1992. Sistem Jaringan Informasi bagi Kegiatan Nasional maupun
Internasional. Dalam. Kepustakawanan Indonesia:
Potensi dan Tantangan, Jakarta: Kesaint Blanc
Sulistyo-Basuki.
1991. Pengantar Ilmu Perpustakaan.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Supriyanto, Wahyu. 2008. Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogyakarta:
Kanisius
Sumber
Jurnal/Artikel
[2] A. Ridwan Siregar: Kerjasama dan
Sistem Jaringan Perpustakaan Umum, Sumatera Utara, Pustaha: Jurnal Studi
Perpustakaan dan Informasi, Vol.1, No. 2, Desember 2005
[4] Judul Makalah REVIEW APLIKASI SOFTWARE “SLiMS” DI PERPUSTAKAAN oleh Ringgar
Maharani, dkk. Universitas Brawijaya
[5] Artikel “Sejarah SLiMS” pada http://slims.web.id/web/?q=node/70 Diakses pada
tanggal 26 Juni 2014
[6] Artikel “SLiMS (Senayan Library Information Management System)” pada http://wacanapustaka.blogspot.com/ Diakses pada
tanggal 26 Juni 2014
Hakim, Hery Abi Burachman. 2011. Optimalisasi
Senayan Sebagai Perangkat Lunak berbasis Open Source. Yogyakarta.
Purwoko; Hakim, Heri Abi Burachman dan
Surachman, Arif. 2006. “Kajian Awal Aplikasi Open source untuk Otomasi
Perpustakaan: Studi Kasus X-igloo, OpenBiblio, Weblis, PhpMyLibrary. Dalam
Fihris, Volume 1, Nomor 1
Elnumeri, Farli. Artikel
“Kompetensi Pengelola Perpustakaan & Kerjasama Perpustakaan
Berbasis Slims”
Sulistyo-Basuki. Artikel “Penerapan
Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Kerjasama
Perpustakaan” pada https://sulistyobasuki.wordpress.com/2013/04/14/penerapan-teknologi-informasi-dan-komunikasi-dalam-kerjasama-perpustakaan/#more-191 Diakses tanggal 26 Juni 2014